Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » LELAKI FAKIR DAN USTADZ TERKENAL

LELAKI FAKIR DAN USTADZ TERKENAL

http://cdn.klimg.com/dream.co.id/resources/news/2015/02/27/10824/664xauto-kisah-rasulullah-memandang-para-bangsawan-150227b.jpg
Ada seorang ustadz yang sangat popular. Hampir setiap hari wajahnya selalu muncul di televisi. Terkadang dia tampil sebagai penceramah dan di waktu berikutnya dia tampil sebagai bintang iklan suatu produk. Dari dua pekerjaannya itu, dia memperoleh bayaran yang sangat besar. Tak heran kalau rumah, kendaraan dan perabotan rumahnya serba terlihat lux dan mewah.

Suatu waktu sang ustadz mendatangi seorang lelaki fakir untuk menyerahkan santunan kepadanya. Sesampainya di rumah lelaki fakir yang biasa dikunjunginya itu, sang ustadz melihat kalau lelaki itu sedang melaksanakan shalat di teras rumahnya dengan selembar sajadah yang digelar di atas lantai tanah. Selesai shalat, sang ustadz menyerahkan santunannya dan tidak lupa dia memberikan nasihat kepada lelaki itu.
 
"Bapak. Beribadah itu memang wajib. Tapi jangan lupa juga untuk bekerja ya. Masak dari dulu-dulu saya lihat bapak belum ada perubahan. Hati-hati lo, pak. Sebab kefakiran itu dapat menjerumuskan kepada kekafiran. Begitu kata Nabi."
 
Selesai berkata demikian, si lelaki itu pun menjawab. "Aku percaya dengan apa yang dikatakan Nabi. Tapi aku akan bertanya kepadamu; apakah setiap kefakiran yang dialami seseorang dapat menjerumuskannya kepada kekafiran?"
 
"Tentu saja, Pak. Orang kalau fakir dapat dengan mudah melepas imannya. Bahkan dia rela menukar imannya dengan harga yang murah. Bahkan mereka menukar imannya hanya dengan sekardus mie instan dan sekarung beras. Sudah banyak buktinya yang begitu."
 
"Apa karena itu alasannya kau terlihat begitu sibuk bekerja. Jadi penceramah, jadi bintang iklan, jadi bintang tamu acara-acara talkshow murahan dan ikut-ikutan bertindak konyol dalam acara itu?"
 
"Saya bekerja agar saya tidak fakir sehingga saya selamat dari kekafiran."
 
"Kalau begitu, sabda Nabi yang kau ucapkan tadi hanya pantas bagi orang-orang sepertimu. Nak, telah bertahun-tahun aku melatih diri agar hatiku selalu menjadi 'tempat' bagi Allah semata. Selama bertahun-tahun aku hidup fakir seperti ini. Tetapi dalam hatiku, aku tak pernah kehilangan Allah dan tak terpikir untuk menukar-Nya dengan apa pun. Kalau kau khawatir kefakiran dapat membuat imanmu lepas, bekerjalah semau-maumu. Tetapi kalau kau yakin hatimu akan selalu terpaut kepada Allah meski dalam kondisi fakir sekalipun, kau tentu akan mensyukuri keadaan itu. Ingat, nak. Kalau seseorang sudah berhasil 'mendapatkan' Allah, hakikatnya ia mendapatkan segala-galanya, dunia dan seisinya. Sebaliknya, kalau orang hanya mendapatkan dunia dan seisinya, tapi gagal mendapatkan Allah, maka apa yang sesungguhnya dia dapatkan? Bukankah dunia dan seisinya ini hanyalah fatamorgana semata? Bila kau memberiku santunan hanya karena aku fakir dan kau khawatir aku akan jatuh pada kekafiran, maka ambil kembali santunanmu itu. Dan anggaplah itu pemberianku untukmu. Sebab saat ini, akulah yang justru mengkhawatirkanmu."


Kebumen, 8 Juni 2016

0 komentar:

Posting Komentar