Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Hamba dan Saudara. Dua Kata Kunci Menarik dalam Ajaran Tolong Menolong

Hamba dan Saudara. Dua Kata Kunci Menarik dalam Ajaran Tolong Menolong



Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke surga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah (untuk) membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa  yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya,” (HR. Muslim)
Ada satu susunan kalimat dari hadis ini yang menarik perhatian saya, yakni Allah akan menolong hambanya selama hambanya mau menolong saudaranya. Ada dua kata kunci yang menarik bagi saya di sini, yaitu kata hamba dan saudara.
Saya memiliki pendapat begini: Di hadapan Allah SWT, semua manusia tanpa terkecuali tidak lain adalah makhluk. Sebagai makhluk, manusia harus meningkatkan derajatnya menjadi hamba. Tentu caranya adalah dengan beriman dan melakukan amal kebaikan sebagaimana yang Allah perintahkan. Salah satunya adalah kesediaan memberikan pertolongan.
Sedemikian pentingnya memberikan pertolongan itu hingga hadis tersebut seakan-akan menyiratkan betapa Allah seakan memiliki ketergantungan pada perbuatan hamba-hamba-Nya. Lihat, Allah SWT akan selalu menolong selama hamba-Nya juga mau menolong orang lain. Pengertian terbaliknya adalah, kalau hamba-Nya tak mau menolong berarti Allah pun enggan memberikan pertolongan. Bukankah ini seperti menyiratkan ketergantungan Allah pada perbuatan makhluk-Nya?
Tetapi tidak demikian sejatinya. Allah SWT tak tergantung kepada apapun dan siapapun. Allah berhak memberikan pertolongan kepada siapa saja sesuai kehendak-Nya. Kalau dalam hadis di atas tersirat sebuah ketergantungan, maka sebenarnya hal itu menunjukkan betapa pentingnya menolong itu sampai-sampai Nabi mengibaratkan Allah baru akan menolong hamba-Nya selama hamba-Nya juga mau menolong saudaranya.
Kata saudara dalam hadis tersebut juga menarik untuk Anda pahami. Bagaimanapun, penyebutan kata “saudara” jelas memberikan efek psikologis yang membuat seseorang benar-benar merasa dekat dengan orang lain layaknya seorang saudara dengan saudara lainnya.
Bisakah Anda bayangkan bagaimana mungkin seorang saudara tak mau menolong saudaranya? Persaudaraan macam apakah yang dijalani tanpa rasa saling perhatian dan peduli?
Maka hadis di atas sungguh sangat tepat baik secara pesan maupun bahasa. Kita tidak boleh mengacuhkan dan enggan memberi pertolongan kepada orang lain karena hakikatnya kita ini adalah sama-sama seorang hamba. Di samping itu, kita juga tidak boleh mengacuhkan orang lain sebab sejatinya kita ini adalah sesama saudara.
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Dan benarlah pula apa yang disampaikan Muhammad karena ia adalah kekasih dan utusan-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar