Diberdayakan oleh Blogger.

SAJAK ANAK-ANAK PALESTINA, AFGHANISTAN, IRAK, LIBIYA DAN SYIRIA KEPADA IBUNYA SEBELUM MEREGANG NYAWA

ibu, di antara sisa serbuk mesiu, selongsong peluru dan pecahan-pecahan bom
yang nancap di daging tubuh anak-anakmu, aku tulis sajak ini untukmu. langit kehilangan biru, tergerus asap dan debu, mengepulkan mimpi buruk pada hari-hari
kita penuh kutuk.

ibu, seperti juga engkau, aku takut mendengar detak jam, bunyi tik-taknya seperti suara senapan yang dikokang, dentuman bom, lontaran rudal dan ranjau-ranjau yang ditabur dimana-mana, meruntuhkan kamar tempat kita bercanda, menghafal ayat dan doa shalat.

ibu, di antara puing reruntuhan kota-kota, kulihat air matamu tak kunjung mengering, deras mengalir di sela-sela potongan tubuh, jemari tangan bayi mungil, helai rambut yang tercabut dan sisa darah di atas aspal.

ibu, aku yang satu-satunya kau miliki, oleh perang yang aneh dipaksa pergi. meninggalkanmu berkubang air mata, membiarkanmu menggigil sendirian tanpa rumah dan perlindungan. kemana, kemana engkau akan pergi? ibu. dimana, dimana aku menemukanmu dikala rindu?

MENABUNG SAMPAH DI SUNGAI...

http://blogs.swa-jkt.com/swa/11245/files/2014/03/V10sO.jpg
Pernahkah kita membayangkan, suatu hari nanti, saat anak-anak cucu kita minta diceritakan perihal sungai, tiba-tiba kita kehilangan bahan untuk bercerita? Sungai yang sewaktu kecil dulu pernah menjadi tempat kita mandi bersama teman, memancing ikan dan bersenda gurau sambil menyelam, tiba-tiba sekarang tinggal kenangan.

Dulu, kita masih bisa menyaksikan air sungai yang semerawang. Ikan-ikan yang berenang di dalamnya seakan nampak jelas di pelupuk mata. Tetapi keadaan begitu cepat berubah. Secepat berubahnya usia kita yang makin tua. Sungai yang semula jernih kemudian berubah menjadi kumuh, ladah. Airnya hitam, pekat dan bau. Yang berenang bukan lagi gerombolan ikan yang sedang berkejaran berebut lumut dan ganggang. Tapi sampah. Sampah yang bertumpuk.

Di tepiannya, tak ada lagi gelak tawa kanak-kanak sebagaimana masa-masa kecil kita dulu. Tak ada pemancing yang menikmati desiran angin di atas gumuk-gumuk batu, di bawah pohon yang rindang, sambil sesekali mencerling ke dalam sungai untuk melihat apakah umpan kailnya di sambar ikan. Yang tertinggal dari kenangan kita akan sungai saat ini dan masa depan nanti barangkali hanyalah kesunyian. Selebihnya, kesedihan.

Saat ini, cerita perihal sungai di seantero nusantara memiliki tema yang hampir sama. Kumuh, penuh sampah dan juga limbah. Jangankan manusia yang sudi mendekatinya, bahkan ikan-ikan pun seperti enggan dan memilih untuk menjauh. Entah kemana. Anak-anak lebih senang bermain di dalam kamar bersama gadget canggihnya. Ketika mereka diajak berjalan-jalan di tepian sungai, dengan cepat mereka menutup rapat lubang hidungnya dengan ekspresi wajah yang menunjukkan rasa jijik begitu rupa. Hueekkk....cuih.

Dimanakah kita bisa menemukan sungai yang benar-benar menyenangkan untuk disinggahi? Mungkin di sebagian daerah, masih ada sungai-sungai yang bersih. Ya, di sebagian daerah yang jauh, di pedalaman-pedalaman hutan lebat yang tidak memungkinkan bagi kita menyambanginya setiap saat. Kalaupun kita menikmatinya, hal itu terkadang hanya sebatas lewat tayangan televisi yang begitu sebentar karena durasi. Setelah itu, kita hanya bisa mengelus dada karena sungai di sebelah rumah kita sudah teramat sulit dinikmati keindahannya akibat kita timbun dengan berbagai macam sampah.

Coba lihat sungai-sungai di Jakarta. Ribuan jenis sampah setiap hari dibuang ke dalam sungai. Sungai seakan menjadi tempat sampah alami dan tanpa perasaan bersalah mereka membuang plastik, pampers, bahkan bangkai-bangkai kursi dan lemari ke dalamnya. Akibatnya? Tentu sudah dapat kita duga. Saat musim hujan tiba, sampah menggunung menutupi saluran, dan banjir pun menghantam kampung hunian.

Siapa yang salah? Kompleks. Sempitnya hunian, sempitnya lahan dan mungkin terbatasnya kantong-kantong pembuangan sampah menjadi alasan yang selalu bisa dikemukakan berulang-ulang. Karena itu, serahkan masalah ini kepada semua pihak yang memang harus bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan di daerah Jakarta.

Tapi bagaimana dengan sungai yang ada di dekat rumah kita? Tak usah jauh-jauh, sungai di sebelah rumah saya misalnya saat ini sudah kotor dengan sampah. Padahal lahan rumah-rumah penduduk begitu luas dan tidak sepadat perkampungan Jakarta. Kalau pun mau, mereka sebenarnya bisa membuat kantong sampah sendiri dengan membuang jurang khusus dekat halaman rumah. Untuk sampah-sampah plastik, sebaiknya dibakar. Sementara untuk sampah non-plastik, lebih baik dikubur dekat pohon-pohon yang kita dambakan hasilnya sebagaimana yang saya lakukan selama ini.

Bagi anda yang hidup di kampung-kampung dengan lahan yang luas dan berdekatan dengan sungai, tak ada alasan bagi anda untuk membuang sampah ke dalam sungai. Sungai adalah sungai. Di sana ikan-ikan melangsungkan haknya untuk hidup, dari sana kita bisa mengairi ladang-ladang serta karenanya mata air di sumur kita bisa terus terjaga kelestariannya.

Mari sedikit mengenang. Konon, peradaban-peradaban besar lahir dari riak dan jernihnya aliran sungai yang terjaga. Sungai Nil melahirkan peradaban Mesir, sungai Gangga dengan peradaban Indianya, sungai Tigris melahirkan peradaban Mesopotamia. Demikian juga dengan sungai Eufrat. Di Indonesia, kita juga mengenal sungai Begawan Solo yang pernah ramai sebagai sarana transportasi sungai sejak kejayaan Majapahit.

Bagaimana dengan sungai di dekat rumah kita? Tak perlu bermimpi muluk-muluk bahwa suatu ketika akan lahir peradaban besar dari sungai-sungai sebelah rumah kita. Yang terpenting untuk dilakukan adalah jaga sungai kita dengan baik. Hentikan kebiasaan membuang sampah ke dalam sungai, membuang limbah dan meracuninya sehingga banyak biota yang mati percuma. Bila sungai terjaga, anda akan tenang, bahagia. Dan perasaan itulah yang akan membantu anda sehingga mampu memunculkan ide-ide segar sebagai bibit dari tumbuhnya peradaban besar.

Membuang sampah di sungai sama dengan menabung sampah di sana. Dan suatu ketika tabungan itu akan membengkak, membesar dan hasilnya akan kembali kepada anda dan anak cucu anda dalam wujud yang lain. Banjir.      

PAK HARY TANOESOEDIBJO DAN PAK CHAIRUL TANJUNG. SEBAGAIMANA ANDA MENGINGINKAN ANAK ANDA MENJADI ANAK YANG BAIK, MAKA BEGITU PUN HALNYA DENGAN KAMI



(Sekalian juga buat Kak Seto, Lembaga Sensor Film dan Komisi Perlindungan Anak)
 
http://assets-a2.kompasiana.com/statics/files/2014/05/1398923569925784032.jpg?t=o&v=760
Selamat siang, Pak Hary dan Pak Tanjung. Semoga hari-hari Anda berdua selalu diberkahi Tuhan. Perkenalkan, nama saya Salman Rusydie Anwar. Saya berasal dari Kabupaten Sumenep Madura dan saat ini tinggal di Kebumen bersama seorang istri dan seorang anak.
 
Seandainya Pak Hary dan Pak Tanjung membaca surat ini (harapan saya demikian), mungkin akan terlintas sebuah pertanyaan dibenak bapak-bapak; mengapa saya menulis surat ini untuk bapak?
 
Karena itu, saya tegaskan terlebih dahulu bahwa surat ini adalah surat pribadi saya. Tidak ada muatan politis apa pun terkait dengan ditulisnya surat ini. Apalagi saya ini hanya sekadar seorang guru ngaji dan peternak ayam kampung. Namun saya merasa perlu menulis uneg-uneg saya sekaligus merasa perlu untuk diketahui oleh bapak berdua. Biar runtut, saya akan utarakan satu persatu.
 
Pertama untuk Pak Hary Tanoe dulu. Pak Hary, sebagai bos MNC GROUP, saya memberikan apresiasi terhadap beberapa tayangan, khususnya di MNC TV, dimana stasiun televisi milik Anda itu menayangkan acara yang sangat digemari oleh anak saya dan mungkin juga oleh seluruh anak-anak seusia anak saya. Acara itu adalah kartun IPIN-UPIN dan PADA JAMAN DAHULU.
 
Sedemikian 'gila' dan gemarnya anak saya pada acara tersebut sampai-sampai anak saya selalu menirukan gaya bicaranya UPIN-IPIN saat berbicara. Sepulang sekolah, dia akan langsung menyalakan tivi dan saluran yang dituju tak lain adalah MNC TV.
 
Seperti hari ini Pak Hary, Senin 02 November 2015. Anak saya pulang sekolah jam 10:30. Setelah ganti baju, dia pun langsung duduk di depan tivi dan memilih saluran MNC TV. Karena jam segitu acara IPIN-UPIN belum mulai, anak saya pun setia menunggu. Saluran MNC TV tetap tak diganti karena takut ketinggalan pembukaan UPIN-IPIN yang diawali dengan lagu-lagu yang dia suka.
 
HANYA SAJA PAK HARY, saya terkejut ketika ikut menemani anak saya menunggu dimulainya acara kesukaannya itu. Saya mencatat, dalam waktu kira-kira setengah jam, di MNC TV, ya, di MNC TV, tiba-tiba ditampilkan pula adegan dari sebuah jadwal acara yang bertajuk FIGHT FIGHTER yang tayang pada jam 22:30 setiap hari. Dalam waktu setengah jam itu, saya mencatat setidaknya ada dua kali MNC TV menayangkan cuplikan adegan yang sangat....sangat sarat kekerasan itu.
 
Melihat cuplikan acara tersebut, anak saya melongo, melihat semua adegan itu tanpa berkedip. Anda tahu Pak Hary, apa kira-kira yang terlintas di dalam benak anak saya dan juga anak-anak lainnya? Tak perlu saya ulas panjang lebar karena saya yakin Anda juga sudah memahaminya.
 
Atas alasan itulah Pak Hary saya mengirim surat ini kepada Anda. Saya tahu Anda sekarang sedang fokus mengurus partai yang Anda dirikan. PERINDO. Partai Persatuan Indonesia. Dengan membaca kepanjangan dari nama partai yang Anda dirikan, saya mencoba menyimpulkan bahwa Anda akan berusaha memperjuangkan utuhnya persatuan di Indonesia, utuhnya NKRI, utuhnya rasa Nasionalisme dari rakyat Indonesia yang begitu plural ini. Untuk hal ini saya angkat topi pada Anda. Anda bisa mengkampanyekan ide-ide Anda dengan mudah tentunya lewat media yang Anda miliki. MNC GROUP.
 
TETAPI PAK HARY. Maaf-maaf saja, menurut saya, Anda sepertinya teledor dan lalai pada satu hal. Sebagai CEO MNC GROUP, tidak seharusnya Anda membiarkan tayangan-tayangan yang sangat SARAT KEKERASAN semacam FIGHT FIGHTER itu dibiarkan tayang di media Anda. BAGAIMANA MUNGKIN ANDA AKAN MENGUPAYAKAN TEGAKNYA PERSATUAN BILA BIBIT-BIBIT KEKERASAN DISEMAI SEDEMIKIAN MASSIFNYA DI BENAK GENARASI BANGSA INI. DI BENAK ANAK-ANAK YANG MASIH SUCI, BAIK HATI DAN PIKIRANNYA.
 
Saya tahu, Anda tidak mungkin ikut mengurusi apa saja program acara yang akan tayang di media Anda. Tetapi Anda memiliki wewenang untuk membuat kebijakan dan ketentuan tentang tayangan seperti apa yang pantas dan tidak pantas ditonton oleh rakyat Indonesia yang Anda cita-citakan selalu bersatu sebagaimana tersirat pada nama partai Anda.
 
Oleh sebab itu Pak Hary, TOLONG HENTIKAN TAYANGAN YANG PENUH KEKERASAN SEPERTI FIGHT FIGHTER ITU. Apakah tim di MNC GROUP sedemikian MUMETNYA sehingga tidak bisa mengimpor mana tayangan yang pantas dan tidak pantas untuk ditayangkan di negeri ini. Di antara para tim MNC GROUP itu, pasti ada yang juga sudah punya anak. Demikian halnya dengan Anda Pak Hary. 

Sebagai sesama orang tua, bukankah kita memiliki harapan yang sama terhadap anak-anak kita. Kita berharap anak-anak kita menjadi anak yang baik, santun, mampu menyelesaikan masalah dengan bijak, tidak bersikap kasar dan tidak menyukai tindakan kekerasan. Tetapi, kenapa harapan kita yang luhur itu justru dinodai dan dirusak dengan tayangan-tayangan yang SANGAT TIDAK MENDIDIK seperti itu, Pak. Kenapa?
 
Pak Hary. Sebagaimana Anda menginginkan anak-anak Anda menjadi anak yang santun, tidak suka kekerasan, maka seperti itulah harapan saya dan jutaan orang tua lainnya. Saya menunggu bagaimana sikap Anda setelah mengetahui dan membaca surat saya ini, Pak Hary. Bila Anda benar-benar ingin berjuang mewujudkan persatuan dimana salah satu sendi utamanya adalah hilangnya benih-benih kekerasan sejak mulai dalam pikiran, maka tak perlu muluk-muluk menebar janji. Mulailah dari 'diri' Anda sendiri. Hapus tayangan FIGHT FIGHTER dari tayangan stasiun televisi Anda.
 
Kemudian yang kedua untuk Anda Pak Chaerul Tanjung. Untuk acara-acara di TRANS 7 saya akui memang jempol. Terutama untuk beberapa acaranya yang memang pas ditonton anak-anak seperti Laptop si Unyil, Si Bolang dan beberapa acara anak lainnya. Tapi beda dengan TRANS TV. Ada satu acara yang selama satu bulan ini saya mengamatinya Pak. Acara itu berjudul "KATAKAN PUTUS"
http://assets.kompasiana.com/statics/files/14005638951927387081.jpg

 

Apa bapak sudah menonton acara itu? Apa manfaatnya? Apa nilai pendidikannya?
 
Dalam pandangan saya, pak, acara itu sama sekali tidak mendidik. Dikatakan menghibur pun tidak. Terlihat jelas dalam acara itu pertengkaran dua muda-mudi yang awalnya memiliki hubungan dan saling mencintai tapi kemudian putus karena salah satu pasangannya selingkuh. Satu pihak pasti sakit hati, pasti menderita. Lalu bagaimana mungkin sebuah penderitaan dipertontonkan untuk kemudian dikemas agar menjadi hiburan?
 
Pak Chairul. Saya adalah seorang laki-laki. Seandainya saya selingkuh dan kemudian saya didamprat oleh pasangan saya di depan banyak orang, sungguh betapa malunya saya. Saya tahu bahwa saya salah, saya aib. Tetapi, tidak seorang pun bukan yang bersedia dan menerima bila kesalahan atau aibnya dibeberkan kepada banyak orang? Maka saya dapat memahami kenapa dalam acara "KATAKAN PUTUS" itu si cowok demikian marah saat disergap oleh ceweknya, apalagi bawa kamera-kamera segala.
 
Selama acara itu berlangsung, mungkin si cowok masih bisa menahan luapan emosinya karena barangkali merasa malu. Tetapi apa yang akan terjadi sesudah acara itu, sungguh tak ada yang tahu. Sangat mungkin si cowok melakukan tindakan-tindakan yang lebih kejam lagi lantaran mereka tidak terima kesalahan dan aibnya dipublis secara nasional.
 
Karena itu Pak Chairul, tolonglah dikoreksi lagi acara-acara seperti itu. Mungkin dari pihak TRANS MEDIA akan mencibir usulan saya ini. Mungkin mereka juga akan berdalih, bahwa acara seperti itu sangat disukai masyarakat. Kalau pun benar, tapi apakah setiap yang disukai sudah pasti bernilai baik? Kalau pertimbangannya hanya pada faktor disukai atau tidak disukai, tanpa mempertimbangkan dampak-dampak lainnya, maka silahkan saja sekalian menayangkan film-film porno karena pasti banyak yang suka.
 
Tidak pak. Urusan asmara itu sangatlah privat. Tetek bengek persoalan yang menimpa mereka yang lagi kasmaran adalah urusan mereka berdua. Bila ada aibnya, biarlah mereka berdua yang mengetahui tanpa harus dipertontonkan pada orang lain. Tapi yang bersangkutan mau kok masalah asmaranya dipublikasikan di tivi. Mungkin seperti ini alasan pembenaran tim-tim Anda.
 
Tapi saya jawab. Mereka mau karena media Anda memberikan fasilitas. Seandainya tak ada fasilitas, mereka tentu akan menyelesaikan masalah mereka dengan cara mereka sendiri. Tanpa direcoki oleh kepentingan-kepentingan pihak lain.
 
Untuk terakhir kalinya, saya mohon maaf Pak Hary dan Pak Chaerul atas ditulisnya surat ini. Saya hanya merindukan tontonan yang benar-benar menarik, sesuai dengan ketokohan dan perjuangan Anda untuk baiknya masa depan bangsa dan generasi republik ini.
 
Salam........      
 

Kemarau Panjang dan Salah Saya

http://images.cnnindonesia.com/visual/2014/09/26/b150c98c-5b36-4bd7-bb5a-d32963c5d061_169.jpg?w=650
Hari ini, Minggu 01 November 2015 saya mendapatkan undangan dari Masjid Baiturrahman untuk mengikuti pengajian umum yang oleh panitia diberi tajuk "Syiar Muharram". Di dalam undangan tertera acara akan dimulai jam 08 pagi dan berakhir saat adzan Dhuhur tiba dilanjutkan dengan melakukan shalat Dhuhur berjamaah.
 
Saya datang ke tempat acara jam 08:30. Waktu itu acara sudah mulai. Di atas panggung, sepuluh anak-anak sedang membaca beberapa surat terakhir dalam Al-Qur'an (khatmil Qur'an). Kemudian setelahnya dilanjutkan dengan acara pembagian zakat mal kepada anak yatim, kaum dhuafa dan para janda serta jumpo. Acara inti, yakni ceramah agama baru dilangsungkan sekitar jam 10:23 menit.
 
Karena temanya adalah "Syiar Muharram", penceramah, KH. Sayyidan, menjelaskan beberapa hal peristiwa besar yang terjadi pada bulan Muharram, tepatnya pada tanggal 10 Muharram hingga kita disunnahkan untuk melakukan puasa sunnah sejak sehari sebelum tangga 10. Maka dikenallah puasa tasu'a-asyura.
 
Namun hanya sejap saja penceramah membahas perihal kejadian yang berhubungan dengan Muharram. Selebihnya beliau membicarakan kejadian masa kini yang hampir dialami oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia di beberapa tempat, yakni soal kemarau. Ya, kemarau panjang memang menimpa. Di beberapa wilayah, kekeringan telah menyebabkan terjadinya berbagai derita. Kekurangan air jelas yang paling dirasa. 
Bahkan di sebuah desa tak jauh dari tempat tinggal saya, masyarakat harus membeli setangki air seharga 300 ribu untuk kebutuhan minum, masak, mandi dan mencuci.
 
Sebenarnya saya tak terkejut mendengar akibat-akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya kemarau panjang pada tahun ini sebagaimana dikemukakan penceramah. Namun mau tak mau saya ikut merenungkan tentang beberapa perbuatan yang dapat menyebabkan terjadinya kemarau itu sendiri. Dengan mengutip riwayat Ibnu Majah, penceramah mengemukakan bahwa salah satu penyebab ditimpakannya kemarau adalah enggannya manusia mengeluarkan zakat, mengurangi takaran dan sebagainya.
 
Sepulang dari acara, saya mencoba kroscek riwayat tersebut. Memang benar ada riwayat seperti itu yang datangnya dari Abdullah bin Umar dengan status hadis Hasan Shahih. Di dalam riwayat tersebut, Nabi menyebut lima kejadian bencana yang akan menimpa bila manusia melakukan perbuatan dosa. Merebaknya zina menyebabkan tersebarnya wabah penyakit dan kelaparan, mengurangi takaran/timbangan menyebabkan krisis pangan, tidak menunaikan zakat menyebabkan kemarau panjang, merusak amanah Allah dan Rasul-Nya menyebabkan terjadinya permusuhan, meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya menyebabkan munculnya teror dan ketakutan-ketakutan.
 
Setelah membaca hadis tersebut, saya merasa bahwa kemungkinan besar saya pun termasuk ke dalam orang-orang yang melalaikan zakat itu sehingga kemarau panjang tak kunjung menemui akhirnya. Sungguh betapa bejatnya diri ini.