Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » BERDOA UNTUK BISA MEMBELI ROKOK

BERDOA UNTUK BISA MEMBELI ROKOK

Saya masih ingat dengan pernyataan Cak Kuswaidi Syafiie pada tanggal 17 April 2016 lalu. Beliau berkata bahwa harta yang paling berkah menurut kacamata tashawwuf salah satunya yang diperoleh dengan jalan tawakkal kepada Allah tanpa harus bekerja dan dipergunakan untuk mengabdi kepada-Nya. Apakah mungkin memperoleh harta tanpa harus bekerja? Sangat mungkin. Sebab bagi Allah, untuk memberikan harta kepada hamba-Nya, baik melalui perantara kerja atau tidak sama sekali, keduanya sama-sama mudah bagi-Nya. Kemudian harta berkah yang kedua adalah harta yang diperoleh dengan cara bekerja dan kemudian digunakan untuk mengabdi kepada-Nya.
 
Untuk bisa mendapatkan harta dengan cara yang pertama, tentu diperlukan kualitas tawakkal, keimanan, kesucian hati dan pengabdian yang total kepada-Nya. Seseorang bila sudah sampai pada tahap ini, maka berlakulah baginya firman Allah sebagaimana termaktud dalam hadis qudsi, "Wahai dunia, mengabdilah kamu kepada orang-orang yang sepenuhnya mengabdi kepada-Ku."
 
Terkait dengan masalah rejeki, maqam saya tentu saja masih berkutat di level kedua, yakni bekerja meski sayangnya rejeki yang diperoleh tidak sepenuhnya buat mengabdi kepada-Nya. 

Namun ada kejadian menarik hari ini yang saya alami sendiri terkait dengan betapa mudahnya bagi Allah untuk memberikan rejekinya kepada saya meski saya tak bekerja apa-apa selain hanya berdoa.
 
Sejak kemarin, saya nyaris tak punya uang sama sekali untuk membeli rokok. Bila tidak punya uang, saya pantang meminta uang kepada istri kalau untuk digunakan buat beli rokok. Bagi saya, lebih baik hutang rokok dulu daripada harus minta kepadanya. Kalau saya dapat uang, maka 60% saya berikan kepada dia, sedangkan 40%-nya buat biaya bensin, pulsa dan rokok.
 
Nah, dari kemarin anggaran buat beli rokok sudah habis. Jelas saja saya bingung hingga rokok pun saya irit-irit. Kalau biasanya saya pakai rokok filter, maka sejak menipisnya anggaran itu terpaksa saya pakai rokok kretek. Di saat seperti itu, istri saya cerita kalau dia dapat bayaran ini dan itu dari sekolah. Namun saya tetap tak mau meminta kepadanya kalau untuk beli rokok. Urusan rokok adalah urusan saya dan saya tak mau merecokinya.
 
Dalam kondisi seperti itu, apa jalan keluar yang bisa saya lakukan? 

Saya mencoba untuk tidak berhutang, tapi berdoa. Ya, berdoa sesering mungkin dari kemarin dengan doa yang benar-benar saya baca secara vulgar kepada Tuhan dengan suara pelan. Kepada-Nya saya meminta agar diberikan uang untuk membeli rokok...heheee. Geli juga saya kalau mengingat doa ini. Sebab sebagian kalangan menuding rokok itu haram dan ada juga yang bilang makruh. Lha saya kok malah berani-beraninya minta uang buat beli rokok sama Tuhan. Yowiss...bhen.
 
Apa yang terjadi kemudian....? Duh....Gusti! Terima kasih sekali karena Engkau pun akhirnya memberi saya uang buat beli rokok. 

Ceritanya, sore tadi saya datang ke panti asuhan tempat saya biasa mengajari ngaji anak-anak di sana. Seperti biasa, meski pemilik panti itu adalah seorang penguasaha kaya yang memiliki toko emas, toko pakaian, toko hp dan klontong, namun saya tak menerima gaji bulanan sepeserpun. Sudah lima tahunan saya ngajar ngaji di sana. Mungkin orang berkata saya konyol karena tak meminta gaji padahal pemilik pantinya baru bangun rumah miliaran rupiah. Yowiss...konyol ya konyol....ora urusan.
 
Selesai ngaji bersama anak-anak dan sedikit cerita-cerita bersama mereka, kok tiba-tiba malah ada seseorang yang mendekati saya dan bersalaman dengan saya. Saya kira dia mau salaman biasa, tapi ternyata ada amplop yang terselip di tangannya. Ini untuk bapak, katanya. Saya diam sejenak dan kemudian mengucapkan terima kasih kepadanya. Saya tak sempat ngobrol banyak dengan dia sebab anak-anak riuh meminta jatah buka puasa karena adzan maghrib sudah tiba.
 
Terima kasih ya Allah. Akhirnya saya bisa membeli rokok lagi....      

Kebumen, 10 Juni 2016

0 komentar:

Posting Komentar