Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Terguling Gara-Gara Lampu Sein

Terguling Gara-Gara Lampu Sein

https://edorusyanto.files.wordpress.com/2011/06/lampu_sen_retro.jpg
Lampu sein pada motor dan mobil memang dibuat untuk digunakan sebagai pemberi tanda bagi pengendara ketika mereka hendak berbelok. Baik ke kiri maupun ke kanan. Bisa juga (bila nyala bersamaan) sebagai tanda untuk jalan terus lurus ketika melewati perempatan.
 
Ada teori sederhana untuk menyalakan lampu ini. Tak sulit, dan tak perlu hafal rumus kalkulus segala. Asal kabel-kabelnya tidak ada yang korslet, asal lampunya tidak mati, maka Anda cukup menggeser tombol ke kiri-kanan yang sudah tersedia.
 
Tapi ada beberapa hal yang tak banyak disadari oleh pengendara terkait dengan kapan saatnya menyalakan lampu sein ini. Bila Anda tidak memperhatikan bagian ini, maka kemungkinan besar keberadaan lampu sein yang seharusnya meminimalisir kecelakaan justru menjadi pendulang kecelakaan itu sendiri.
 
Hal pertama. Ketika Anda ingin belok kiri-kanan, maka sebaiknya harus dipastikan dengan tepat, kapan Anda harus menyalakan lampu sein. Kalau saya sendiri, saya akan menyalakannya sekitar 100 meter sebelum berbelok ke arah jalan/gang yang saya tuju sambil memperhatikan keadaan di belakang melalui kedua kaca spion. Kalau di depan cukup melalui kedua mata saja..haha.
 
Hal ini penting agar nyala lampu sein yang kedap-kedip macam orang lagi kasmaran dan kelilipan itu menjadi pertanda bagi pengendara di belakang maupun di depan bahwa saya akan berbelok sehingga mereka berinisiatif untuk memperlambat laju kendaraannya. Kalau kondisi di belakang maupun di depan sangat ramai, maka saya akan pelankan kendaraan saya sambil memberikan kesempatan bagi pengendara untuk mendahului/melewati saya sebelum saya berbelok. Ini berlaku kalau beloknya harus motong atau nyebrang jalan. Tapi kalau keadaan lengang dan hanya ada satu dua pengendara yang jaraknya cukup jauh dan memungkinkan bagi saya untuk segera berbelok, maka saya arahkan kendaraan hingga ke tengah-tengah jalan dan barulah kemudian berbelok.
 
Hal kedua. Bagi pengendara yang ingin berbelok dengan memotong jalan dan menyalakan lampu seinnya terlalu dekat dengan jalan/gang yang akan dituju, jelas akan sangat berbahaya bagi para pengendara di belakangnya dan juga bagi Anda. Mereka yang di belakang mungkin mengira Anda tidak akan berbelok, eh tapi tiba-tiba Anda menyalakan lampu sein dan begitu saja motong jalan (berbelok) tanpa lihat spion atau tanpa menoleh kebelakang bagi kendaraan yang tak ada spionnya atau kendaraan yang hanya memakai spion kecil yang tak memberikan manfaat apa-apa. Apa yang terjadi kalau begitu? Kemungkinan Anda akan ditabrak. Mending kalau motor di belakang Anda pelan saja jalannya. Tapi kalau ngebut...? Anda sendiri juga ikut benjut to.
 
Seperti yang pernah saya alami. Motor di depan dengan santai melenggang. Tapi begitu sampai di gang, si pengendara tiba-tiba nyalakan lampu sein dan begitu saja belok/motong jalan. Maka....brakkkk. Tergulinglah dia tapi selamatlah saya. Untung pelan. Sialnya, itu terjadi di depan pasar dan di samping pos polisi. Saya tenang-tenang saja diajak ke kantor Pak Polisi. Surat-surat lengkap, spion lengkap. Sedang orang yang saya tabrak tadi, spionnya sebiji dan itupun kecil.
 
Maka saya berinisiatif untuk ngomong lebih dulu sama Pak Polisi, "Maaf, Pak. Mas ini nyalakan seinnya tiba-tiba saja sambil langsung motong jalan. Padahal saya persis di belakangnya dan saya lihat dia seperti mau jalan terus. Tapi begitu sampai di jalan itu dia nyalakan sein dan langsung saja berbelok. Saya jelas kaget dan tidak sempat menghindar."
 
"Baik, Mas," jawab Pak Polisi, "tapi mohon maaf, bisa kami periksa surat-suratnya?"
Saya pun keluarkan semua surat-surat kendaraan saya. Lengkap. Sementara si mas yang saya tabrak itu kelabakan. Pakai helm sih dia iya. Tapi dia tak bawa SIM. Lagi pula, kata Pak Polisi, spionnya tidak standar dan dia memang salah karena belok secara tiba-tiba tanpa memperhatikan keadaan di belakangnya.
 
Saya berpikir, mungkin bagi mas itu ribet banget kalau harus noleh-noleh ke belakang. Sementara mau lihat spion terlalu kecil dan rendah. Tambah ribet. Lah, kenapa spionnya yang besar malah dicopot kalau tak mau ribet? Haahh....tau ah. Saya akhirnya sama Pak Polisi dipersilahkan jalan terus. Nggak tahu nasib si mas-mas itu.
 
Sepanjang jalan saya berpikir bahwa menyalakan lampu sein itu nggak bisa asal. Ada teorinya juga rupanya. Alhamdulillah, cara saya menyalakan lampu sein selama ini dan ditambah dengan mengedip-ngedipkan lampu rem lewat cakram sebelum berbelok memberikan manfaat. Semoga cerita ini pun bermanfaat bagi sodara. 
 

0 komentar:

Posting Komentar