Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » MAALIKI YAUMIDDIN DAN NASIB AYAM-AYAM SAYA

MAALIKI YAUMIDDIN DAN NASIB AYAM-AYAM SAYA

Kalimat yang sudah pasti kita baca sebanyak 17 kali sehari-semalam dalam shalat itu sudah populer dengan terjemahannya sebagai "Yang Menguasai Hari Pembalasan". Dan hari pembalasan itu (yaum al-hisab) bagi sebagian orang dipahami sebagai 'yang nanti', bukan yang sekarang. Entah yang dimaksud 'yang nanti' itu menyangkut peristiwa di barzakh, mahsyar, surga-neraka dan seterusnya.
https://pixabay.com/static/uploads/photo/2013/07/13/12/08/rooster-159254_960_720.png

Lalu, apakah seseorang yang melakukan kebaikan atau keburukan itu harus menunggu 'nanti' untuk mendapatkan balasannya? Al-Biqa'i mengatakan, tidaklah demikian. Sebab, balasan itu sejatinya sudah diberikan sesaat setelah kebaikan atau keburukan itu dikerjakan. Hanya saja ada balasan yang ditampakkan sehingga bisa dirasakan oleh pelakunya, dan ada juga yang tidak ditampakkan sehingga tidak dirasa.
 
Nabi Saw bersabda, "Apabila seseorang melakukan dosa, maka diteteskan ke dalam hatinya satu titik hitam." Nah, satu titik hitam ini adalah wujud balasan itu yang barangkali merupakan balasan tersamar sehingga banyak orang tak sadar dan tak merasakannya. Dengan demikian, tidak ada istilah penundaan balasan yang akan diberikan Tuhan kepada pelaku kebaikan atau keburukan. Sekali berbuat baik, di saat itulah Tuhan membalas. Begitu juga sebaliknya.
 
Andai pembalasan Tuhan itu semuanya ditampakkan langsung sehingga bisa dirasakan wujudnya, mana ada orang berbuat dosa. Sekali sedekah seribu rupiah, lalu sedetik kemudian seratus ribu nongol dari lubang hidung. Sekali ngerasani keburukan orang lain, eh....tiba-tiba bibir keseleo dan kram.
 
Bahwa balasan itu tak pernah ditunda, baik cepat atau pun lambat, saya telah benar-benar mengalaminya. Dan kasusnya berkenaan dengan jamaah ayam-ayam saya.
 
Ceritanya, saya punya beberapa ekor ayam. Di antaranya enam ayam jago yang sudah besar-besar dengan bulu-bulu yang memukau serta empat ayam betina dengan kualitas super. Sedang beberapa ayam lainnya hanyalah sebatas ayam-ayam supporter. Mereka semua sehat-sehat dan siap memberikan banyak manfaat. Di saat yang bersamaan, ada juga tetangga saya yang memiliki banyak ayam. Hanya saja, ayam-ayam mereka mati mendadak. Si pemilik itu pun bercerita pada saya akan ayam-ayamnya yang mati mendadak itu.
 
"Kalau ayam-ayam saya, tak pernah sekalipun terkena penyakit. Apalagi mati mendadak," ucap saya mengomentari. Dan inilah pangkal masalahnya. Sungguh ucapan saya itu tak mencerminkan ketawadhu'an yang seharusnya, melainkan sejenis kesombongan yang mengundang binasa. Terbukti, keesokan harinya ayam jago dan betina yang saya eman-eman itu pun pada terkapar tanpa nyawa, mengalami kematian mendadak yang tak terduga.
 
Ya, Tuhan. Balasanmu memang tak pernah mengalami delay. Semoga saja mati satu netas seribu.

Kebumen, 6 Mei 2016

1 komentar: