Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Menyayangi yang Di Bumi, Disayangi yang Di Langit

Menyayangi yang Di Bumi, Disayangi yang Di Langit

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKUIon5uF0AwEUNfe0EAYWgrcuaXqlWp-v3dwX9no07NeACW5mp0_6Eoh5PwwWB6yz09n7bl1oAs_VGbABodKReV6FiWaNtgmFLjbSKiON4sxkcXLfgfaANYFoHV5S68jkKkjt6O-ecxQ/s1600/AC.+ket+A+1.jpg
Sebagai umat Islam, kita mungkin tidak asing lagi dengan bunyi hadis yang menyatakan, bahwa Nabi Muhammad diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlaq. Dan memang demikianlah tugas pokok Rasulullah Saw. Tetapi, meski begitu populer bunyi hadis itu dikalangan kita umat Islam, namun bukan berarti perkara yang mudah untuk menerjemahkan apa sesungguhnya yang dimaksud dengan akhlaq yang sempurna itu.

Secara umum, akhlaq memang diartikan sebagai perilaku manusia. Tetapi sasaran dari perilaku itu sendiri tidak terbatas hanya kepada manusia semata. Setiap manusia, memang harus memiliki akhlaq yang baik, yang harus ditujukan bukan hanya kepada sesamanya melainkan juga kepada makhluk-makhluk lainnya. Termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan. 

Terdapat banyak riwayat yang menyebutkan, bahwa Rasulullah Saw merupakan sosok yang sangat menyayangi binatang. Hal ini menjadi bukti betapa perilaku atau akhlaq yang baik itu merupakan sikap yang harus ditunjukkan kepada semua makhluk. Kita tidak diperkenankan berbuat semena-mena terhadap semua ciptaan Allah. Sebab perbuatan semena-mena itu merupakan lawan dari akhlaq yang baik.

Mengingat begitu luasnya arti mengenai akhlaq yang baik atau akhlaq yang sempurna itu, maka tidak heran kalau Islam dikatakan sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Kata-kata rahmat itu sendiri, menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi, mengandung arti sebagai “suatu perasaan halus di dalam hati yang mendorong seseorang untuk menyayangi.”

Namun ironisnya, pekerjaan menyayangi selama ini hanya ditafsirkan sebagai perasaan seseorang pada orang lain, seperti perasaan laki-laki pada perempuan dan seterusnya. Padahal, sikap menyayangi yang menjadi dasar dari tumbuhnya akhlaq yang baik memiliki cakupan atau sasaran yang sangat luas. Tidak hanya menyangkut antar manusia, melainkan meliputi semua makhluk yang mendiami alam semesta.

Maka kita patut prihatin manakala kita menyaksikan orang-orang berbuat semena-mena terhadap alam, seperti melakukan pengrusakan hutan, mencemari sumber mata air, mengotori lingkungan dengan membuang sampah sembarangan, meracuni ikan-ikan di sungai dan lain sebagainya.  

Perbuatan-perbuatan semacam itu, bukan hanya merusak lingkungan alam sekitar kita. Tetapi, perbuatan yang demikian juga mencerminkan kroposnya akhlaq yang baik, menipisnya rasa kasih sayang terhadap sesama makhluk serta yang paling fatal kita telah melakukan pelanggaran terhadap apa yang dilarang Allah SWT dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik,” (QS. Al-A’raf:56).

Tak hanya itu, ketika akhlaq kita buruk dan rasa sayang kita kepada sesama makhluk di muka bumi ini sedemikian kropos, maka turunnya kasih sayang Allah dan makhluk-makhluk-Nya di langit jadi terhambat. Sebab Nabi Saw sudah mengingatkan dalam sabdanya, “Orang yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi.” Dan dalam riwayat yang lain Nabi juga bersabda, “Sayangilah yang ada di bumi, maka yang ada di langit akan menyayangimu.”  Selagi masih belum terlambat, mari kita perbaiki akhlaq kita dan tumbuhkanlah rasa sayang kita kepada semua makhluk Allah yang terhampar di alam semesta. Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar