Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Cerita Bersama Anak (Bagian 1)

Cerita Bersama Anak (Bagian 1)

Ataka dan Najwa
Hampir semua buku cerita sudah saya bacakan untuk Aunillah.  Belum lagi cerita-cerita dadakan yang saya karang sendiri dengan tema-tema yang beragam. Mulai dari tema pohon, hewan, kendaraan, pesawat dan sebagainya. Cerita dadakan biasanya saya sampaikan kalau sebelumnya tidak sempat menyiapkan cerita baru untuknya.
 
Dan seperti biasa, tadi malam selepas Isya kami, Ataka, Najwa dan istri saya duduk-duduk di teras. Aunillah menyebut kegiatan itu sebagai kegiatan bersantai-santai sambil makan bersama. Setelah acara makan malam selesai, dia pun kembali meminta saya bercerita. Sayangnya saya tak memiliki persiapan bahan cerita.
 
Sebagai alternatifnya, saya ambil Al-Qur'an terjemahan dan mulai membaca ta'awwudz, basmalah hingga hamdalah. Saya bacakan terjemahnya dan saya rangkai-rangkai dengan cerita-cerita yang memungkinkan untuk dia pahami. Saat sampai pada bahasan tentang hamdalah, saya jelaskan kepada anak saya bahwa kita harus selalu banyak berterima kasih kepada Allah.
 
"Kenapa?" tanyanya sambil menikmati camilannya.
 
"Karena Allah-lah yang memberi kita banyak rizki. Salah satunya camilan yang kamu makan itu," jawab saya.
 
Sejenak saya lihat dia terdiam. Lalu kemudian meluncurlah dari mulutnya;
 
"Ohh, maksudnya begini ya. Misalnya ini Ata lagi makan camilan yaa. Nah, terus yang ngasih camilannya itu sebenarnya Allah? Cuma lewat bakul (penjual)?"
 
"Betul."
 
"Berarti kalau besok Ata dibelikan baju tentara sama tante Esti, itu yang ngasih juga Allah, cuma lewat Tante?" tanyanya lagi.
 
"Iya. Memang begitu?"
 
"Terus, sama bakulnya, sama Tante Esti, apa juga bilang terima kasih?"
 
"Ya, harus."
 
"Laa, kenapa harus berterima kasih. Kan yang ngasih Allah?"
 
"Soalnya tante Esti dan bakulnya itu sudah bantuin menyampaikan kiriman Allah sama Ata."
 
"Oohh."
 
"Menurut Ata, berterima kasih kepada Allah itu bagaimana caranya?"
 
"Ya, baca alhamdulillahi rabbil alamin. Terus shalat, terus ngaji, berdoa sama bantuin memadamkan api kalau ada orang yang rumahnya kebakaran."
 
Saya terdiam sebentar mendengar jawaban-jawabannya. Dalam hati saya berdoa, "Ya, Allah, jadikanlah dia anak yang shalih dan selalu memahami, menyadari dan mengetahui kehadiran-Mu dalam setiap peristiwa hidupnya kelak. Amin." 

Kebumen, 4 April 2016.

0 komentar:

Posting Komentar