Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » ATAKA DAN DOA-DOANYA

ATAKA DAN DOA-DOANYA

Ataka Berdoa
Usai mengikut jalan-jalan sehat, Ataka enggan diajak pulang. Rupanya dia termakan promosi kupon berhadiah yang disediakan oleh panitia.
 
"Yah, apa Ata bisa dapat hadiah?" tanyanya penuh harap. Saya bingung menjawabnya karena kalau tidak dapat hadiah dia pasti minta hadiah pada saya meski paling banter hadiah yang diminta hanya es krim.
 
Kemudian saya berkata, "Kamu berdoa saja kepada Allah dalam hati, semoga kamu dapat hadiah." Dan betapa girangnya dia karena setelah itu dia benar-benar dapat hadiah. Baju koko lengkap dengan celana dan pecinya.
 
"Nah, benar kan. Allah senang kalau kita meminta kepada-Nya. Dia pasti akan mengabulkan," jawab saya.
 
"Berarti kalau Ata minta terus, pasti Allah kasih terus?"
 
"Tidak. Allah akan kasih pelan-pelan biar tidak cepat habis. Kadang dikasihnya sekarang, kadang besok, kadang satu tahun lagi. Kadang berapa tahun lagi." Dia diam. Entah apakah dia paham.
 
Beberapa hari berikutnya, saat ikut lomba mewarnai, saya kembali mengingatkan, "Kalau mau dapat bingkisan, jangan lupa berdoa." Saya lihat dia seperti berkomat-kamit. Saat pengumuman, dia pun dapat hadiah hiburan berupa mangkok warna hijau dengan motif daun.
 
"Yah, doanya Ata dikabulkan. Tapi hadiahnya kok mangkok ya. Padahal Ata tadi berdoanya minta piala," katanya.
 
"Allah tidak ijinkan kamu dapat piala. Allah cuma ijinkan kamu dapat mangkok. Sebabnya mangkok itu mungkin yang kamu butuhkan."
 
"Nggak kok. Ata nggak butuh mangkok."
 
"Sebentar lagi kan puasa. Kalau kamu mau beli bubur atau es buat buka puasa enaknya kan ditaruh di mangkok."
 
"O...iya. Ata lupa."
 
Dan hari tadi, listrik di rumah padam sampai menjelang isya. Ataka gusar karena rencananya sehabis maghrib dia ingin menulis surat kepada sepupunya dan juga simbah puterinya di Madura. Dia terobsesi ingin punya sahabat pena seperti halnya dalam episode Upin-Ipin kesayangannya.
 
"Duuuh....ini tukang pln-nya gimana sih. Listrik kok dimatikannya lama sekali. Apa lupa paling ya nggak dinyalain?" gerutunya.
 
"Gimana kalau berdoa semoga listriknya bisa cepat menyala," kata saya.
 
"O..iya benar," katanya sambil kembali mulutnya berkomat-kamit. Dan benar saja, kurang dari tiga menit kemudian listrik menyala. Dia girang bukan main sambil melompat-lompat. Saya tersenyum dan kemudian teringat kata-kata Cak Kuswaidi Syafi'ie tentang pentingnya mendoktrin anak dengan masalah-masalah ketuhanan sejak dini.

Kebumen, 9 Juni 2016

0 komentar:

Posting Komentar