Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Damainya Bangsa Di Tangan Kita

Damainya Bangsa Di Tangan Kita

http://www.rusemoes.com/upload/galleries/200.jpg
Sebagai rakyat, tentu saja kita menginginkan agar bangsa ini selalu damai, tenteram, jauh dari permusuhan dan pertengkaran. Kita tidak ingin memiliki bangsa yang senang berkonflik, saling menyimpan dendam diantara sesama. Tidak ada sejarahnya sebuah bangsa akan maju dan jaya apabila rakyatnya saling mengobarkan permusuhan satu sama lain. Sebaliknya, sebuah bangsa justru akan maju dan jaya apabila di dalamnya tercipta rasa saling menyayangi, saling menghargai, saling menghormati serta saling membantu diantara mereka. Bangsa kita adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, bahasa dan agama. Perbedaan ini merupakan satu rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga kita bisa saling mengenal dan mengetahui bahwa Allah SWT memang Maha Kuasa menciptakan makhluk-Nya dengan beraneka ragam rupa.

Dalam surat Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT menegaskan, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Ayat ini secara tidak langsung mengingatkan kepada kita untuk tidak terlalu mempersoalkan perbedaan suku bangsa, bahasa, agama apalagi hanya sekadar perbedaan madzhab dan politik. Mengapa demikian? Sebab sampai kapanpun manusia tidak akan pernah bisa dijadikan seragam dalam hal bermadzhab dan beragama sekalipun. “...Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” Itulah pernyataan Allah SWT dalam QS. Al-Maidah:48.

Dengan demikian, perbedaan diantara kita sama sekali bukanlah alasan untuk saling memusuhi, saling mendendam dan saling menghina. Justru dengan perbedaan itulah kita memiliki kesempatan untuk berusaha menjadi manusia-manusia yang terbaik di dunia ini. Allah SWT tidak lebih memuliakan mereka yang ikut madzhab A atau B, pengikut partai ini atau pengikut partai itu. Sebab yang akan mendapatkan derajat kemuliaan di sisi-Nya hanyalah mereka yang benar-benar bertaqwa kepada-Nya.

Lalu bagaimana kita mengukur kadar ketaqwaan kita? Tanda ketaqwaan seseorang tidak hanya ditandai oleh seberapa rajinnya mereka shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, shadaqah atau seberapa seringnya mereka naik haji. Shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, shadaqah dan haji hanyalah sarana bagi kita dalam mengabdi dan mendekatkan diri kepada Allah, dan bukanlah tanda dari ketaqwaan itu sendiri.

Kata Nabi Saw, taqwa itu di dalam hati letaknya. Dan tidak seorangpun sanggup mengetahui isi hati seseorang kecuali Allah SWT dan yang bersangkutan. Meskipun taqwa terletak di dalam hati, namun bukan berarti kita tidak bisa mengetahui ciri-cirinya. Ada banyak dalil, baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits yang menjelaskan tentang ciri-ciri orang bertaqwa. Salah satunya yang bisa disebutkan disini adalah mereka yang tidak suka membuat keonaran, permusuhan, dendam, buruk sangka dan iri hati.

Kurang sempurna ketaqwaan seseorang -meskipun mereka rajin shalat- selama mereka suka mengobarkan permusuhan terhadap orang lain. Kita boleh beda madzhab, beda partai maupun beda organisasi. Namun dengan alasan apapun kita tetap tidak diperkenankan menumbuhkan permusuhan dan buruk sangka yang menyebabkan hilangnya kedamaian di tengah kehidupan bangsa yang majemuk ini.

Bahkan terhadap orang yang berbeda agama sekalipun, kita tidak seharusnya berburuk sangka kepada mereka. Sebab kita tidak pernah tahu nasib hati seseorang. Siapa tahu mereka yang selama ini kita anggap kafir, justru hatinya diberi hidayah iman oleh Allah menjelang mereka wafat sehingga kematiannya khusnul khatimah. Dan tidak ada jaminan, meskipun kita telah mengaku beriman namun siapa tahu hati kita justru berubah menjadi kafir saat ajal menjelang sehingga kematian kita menjadi su’ul khatimah. Na’udzubillah.

Jadi, mari kita berusaha menjadi manusia terbaik dengan cara berpikir dan berperilaku baik. Sebab yang kita perjuangkan bukan hanya baiknya masa depan partai atau organisasi. Melainkan baiknya masa depan kita sebagai sesama warga dari sebuah bangsa yang kita cintai

0 komentar:

Posting Komentar