Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Plus-Minus Kampanye

Plus-Minus Kampanye

https://nugrainna.files.wordpress.com/2012/06/ninna-poster-kampanye-pemilu.jpg
Musim kampanye kembali tiba. Caleg dan parpol menggembar-gemborkan jargon yang hampir serupa. Kampanye Cerdas. Namun masalahnya, adakah kampanye -terutama kampanye parpol dan caleg- yang benar-benar cerdas dan sekaligus mencerdaskan? Silahkan masing-masing kita memberikan jawabannya.

Tapi, ada satu hal yang patut kita garisbawahi. Bahwa kampanye, selamanya akan selalu identik dengan pencitraan. Ketika salah satu parpol sedang berkampanye, kita tidak mungkin menemukan pernyataan negative dari sang jurkam berkaitan dengan parpol yang sedang dikampanyekan.

Begitu pula ketika ada seorang calon legislative (caleg) maupun calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) sedang kampanye. Jangan harap kita menemukan pernyataan yang menjelaskan apa saja kekurangan yang mereka miliki. Justru sebaliknya, yang dikampanyekan atau yang disampaikan hanyalah kelebihan dan kehebatan mereka masing-masing. Nah, inilah kurang lebih yang dimaksud dengan pencitraan itu.

Karena melulu bernilai pencitraan, maka sulit mengatakan ada kampanye parpol yang benar-benar cerdas apalagi mencerdaskan. Hukum yang berlaku dalam setiap kampanye parpol adalah, “sampaikan kebaikanmu, kehebatanmu, kelebihanmu, bukan yang lain.” Makanya wajar kalau di sepanjang jalan kita temukan gambar seorang caleg yang disertai kalimat-kalimat fantastis seperti; Jujur, Cerdas, Peduli, Dapat Dipercaya dan seterusnya.

Pertanyaannya; apakah si tokoh yang ada dalam gambar itu benar-benar jujur, cerdas, peduli dan dapat dipercaya? Wallahu A’lam. Namun yang jelas, para koruptor yang sekarang mendekam di penjara, dulu sewaktu kampanye juga sangat mungkin mengatakan hal yang sama, bahwa mereka jujur dan dapat dipercaya meskipun kenyataannya mereka tidak seperti yang dikatakan dalam kampanye.

Jika demikian kenyataannya, justru kitalah sebagai rakyat yang harus cerdas memahami arti kampanye. Kampanye adalah bagian dari proses dalam menentukan dan memilih seorang pemimpin, baik pemimpin di tingkat nasional, provinsi maupun daerah. Termasuk calon anggota DPR. Sebagai umat Islam, tentu saja kita harus berhati-hati dalam setiapkali mengikuti kampanye. Salah satu hal yang perlu dihindari dalam memasuki masa-masa kampanye adalah tradisi sogok-menyogok atau biasa dikenal dengan money politic.

Dalam masa-masa kampanye, sogok-menyogok (money politic) kerap merupakan hal yang lumrah dilakukan meskipun pemerintah sudah berulangkali memberikan peringatan yang bersifat melarang. Bukan hanya pemerintah, Rasulullah Saw sendiri melarang keras budaya sogok-menyogok sebagaimana sabdanya, “Penyogok dan orang yang disogok (keduanya tercanam) masuk neraka.” Kerasnya ancaman inilah yang membuat para ulama sepakat bahwa sogok-menyogok tergolong perbuatan haram yang wajib dihindari.

Meski begitu, ada juga orang yang berpandangan lain, “Sogokan biasanya berhubungan dengan uang. Bagaimana seandainya bukan uang, melainkan sembako dll. Apa boleh diterima?” Kalau Anda menerima pemberian itu, tentu Anda sendiri yang kelak harus mempertanggungjawabkannya. Tapi yang jelas, tidak ada kampanye yang murni cerdas dan mencerdaskan. Kitalah sebagai pemilih yang harus cerdas. Dan pemilih yang cerdas tentu akan berprinsip “tidak akan melanggar ajaran agama hanya demi hiruk-pikuknya sebuah kampanye.”

0 komentar:

Posting Komentar